Negara Maju Tapi Kuno, Trump Kebakaran Jenggot Akibat QRIS

Negara Maju Tapi Kuno, Trump Kebakaran Jenggot Akibat QRIS
Ilustrasi orang membayar dengan QR Code.

DDI – Donald Trump, Presiden Amerika Serikat, dikenal sebagai sosok yang vokal dan tak segan menyuarakan ketidaknyamanannya terhadap berbagai kebijakan. Namun, siapa sangka, kali ini yang bikin Trump “kebakaran jenggot” bukanlah isu politik atau perdagangan, melainkan sistem pembayaran digital seperti QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) dan GPN (Gerbang Pembayaran Nasional) yang dipakai di Indonesia.

Lho, kok bisa? Apa hubungannya Trump dengan QRIS?

Ternyata, ini berkaitan dengan ketertinggalan sistem pembayaran di Amerika dibandingkan dengan kemudahan yang dinikmati masyarakat Indonesia. Trump mungkin tidak secara langsung mengkritik QRIS, tapi fakta bahwa negara sebesar AS masih menggunakan metode pembayaran yang kuno dan ribet bikin banyak orang heran—termasuk mungkin Trump sendiri.

Amerika: Negara Superpower yang Masih Pakai Cek & Transfer 5 Hari

Di Indonesia, transfer uang antar-bank bisa dilakukan dalam hitungan detik, bahkan gratis untuk sesama bank. Mau bayar belanja? Tinggal scan QRIS, selesai. Tapi di Amerika, ceritanya jauh berbeda.

  1. Transfer Uang? Siap-siap Nunggu Berhari-hari!
  • Di Indonesia: Transfer antar-bank cuma butuh beberapa detik, biaya murah (Rp2.500 untuk beda bank).
  • Di Amerika:
    • Transfer uang antar-bank bisa memakan waktu 3-5 hari, bahkan seminggu!
    • Biaya transfer bisa mencapai $5 atau lebih.
    • Ada sistem Zelle yang lebih cepat, tapi tidak semua bank mendukungnya.
  1. Bayar Pakai Cek? Masih Jaman?
  • Di AS, cek kertas masih dipakai untuk pembayaran sewa, gaji, atau transaksi lainnya.
  • Masalahnya, cek mudah dipalsukan (ingat film Catch Me If You Can?).
  • Di Indonesia? Udah jarang banget yang pakai cek, semuanya serba digital.
  1. QR Code? Bukan Langsung dari Rekening Bank!
  • QRIS di Indonesia langsung terhubung ke rekening bank atau e-wallet.
  • Di AS, kalau mau bayar pakai QR code, harus lewat Apple Pay atau Google Pay—artinya harus transfer dulu alias top up ke dompet digital itu.
  1. ATM Cuma Buat Narik Uang, Gak Bisa Transfer
  • ATM di Indonesia bisa buat transfer, bayar tagihan, bahkan beli pulsa.
  • Di AS? ATM kebanyakan cuma bisa narik uang, fitur lainnya sangat terbatas.
  1. Buka Rekening Harus ke Bank, Gak Bisa Online
  • Di Indonesia, buka rekening bisa lewat aplikasi bank.
  • Di AS? Harus datang ke bank, ngantri, dan prosesnya ribet.

Kenapa Amerika Tertinggal?

  1. Sistem Perbankan yang Terfragmentasi
    • Tidak ada standar nasional seperti GPN atau BI-FAST di Indonesia.
    • Setiap bank punya sistem sendiri-sendiri, bikin transfer antar-bank jadi sulit.
  2. Ketergantungan pada Kartu Kredit
    • Karena sistem transfer ribet, orang AS lebih mengandalkan kartu kredit.
    • Di Indonesia, transfer langsung lebih populer karena mudah dan murah.
  3. Budaya Pembayaran yang Konservatif
    • Masyarakat AS masih nyaman pakai cek dan kartu kredit.
    • Di Indonesia, adaptasi teknologi finansial lebih cepat karena kebutuhan efisiensi.

Trump “Kesal” karena AS Kalah Canggih?

Mungkin Trump tidak benar-benar marah sama QRIS, tapi fakta bahwa negara berkembang seperti Indonesia justru lebih maju dalam sistem pembayaran digital pasti bikin AS tersindir.

Bayangkan, negara dengan ekonomi terbesar di dunia masih pakai cek, transfer uang seminggu, dan ATM cuma buat narik duit. Sementara Indonesia sudah pakai QRIS, transfer instan, dan pembayaran digital tanpa ribet.

Kalau Trump dan pemerintah AS serius mau memodernisasi sistem pembayaran, mungkin mereka perlu kerja sama dengan Indonesia untuk mengadopsi teknologi seperti QRIS dan GPN.

Atau… jangan-jangan, mereka malu karena negara yang sering disebut “berkembang” justru lebih maju dalam fintech?

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *