Daily Dose Indonesia – Ketua DPRD Kota Blitar, dr. Syahrul Alim, baru saja pulang ke tanah air usai menunaikan ibadah haji dan langsung membuka rumahnya untuk masyarakat yang ingin zaroh haji, sebuah tradisi khas masyarakat Blitar Raya.
Sejak Jumat (13/6/2025), kediaman dr. Syahrul ramai dikunjungi warga yang datang untuk bersilaturahmi, meminta doa, serta ikut mendoakan agar beliau menjadi haji yang mabrur.
Tradisi zaroh haji atau berkunjung ke orang yang baru pulang dari tanah suci ini menjadi bagian penting dalam budaya spiritual masyarakat Blitar Raya. Tak hanya sebatas kunjungan, kegiatan ini juga sarat nilai religius karena biasanya tuan rumah menyuguhkan kurma dan air zam-zam sebagai simbol keberkahan.
“Kalau tradisi di kita, khususnya Blitar Raya, kalau ada yang pulang haji banyak masyarakat yang hadir. Istilahnya minta doa agar hajatnya terkabul, biasanya juga ingin segera berangkat ke sana. Saya kira ini tradisi bagus, dan perlu kita pertahankan,” ujar dr. Syahrul Alim saat diwawancarai Minggu (15/6/2025).
Zaroh Haji: Tradisi Spiritual yang Adaptif
Meski mendukung penuh pelestarian tradisi, dr. Syahrul juga mengimbau masyarakat agar menyesuaikan waktu berkunjung dengan kondisi jamaah haji yang baru pulang. Ia menyarankan masa kunjungan dibatasi sekitar 2-3 hari, mengingat para jamaah perlu kembali menjalani aktivitas sehari-hari.
“Harapannya masyarakat bisa segera datang saat jamaah baru pulang. Jadi dalam dua-tiga hari sudah bisa selesai, dan jamaah bisa kembali beraktivitas,” jelasnya.
Meski demikian, ia menegaskan bahwa rumahnya akan tetap terbuka bagi siapa pun yang ingin berkunjung, meski melewati tiga hari tersebut.
“Insyallah kalau saya tetap buka selama 3 hari, tapi saya tidak membuat model penutupan zaroh haji. Akan saya buka terus, kecuali kalau saya harus bekerja, baru ditutup sementara. Tapi kalau longgar, saya buka lagi,” tambah dr Syahrul yang juga Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Blitar.
Berbagi Pengalaman Perjalanan Haji oleh dr Syahrul
Lebih dari sekadar silaturahmi, kegiatan zaroh haji juga menjadi momen berbagi pengalaman ibadah. Dalam kunjungan masyarakat ke rumahnya, dr. Syahrul turut menceritakan beberapa perubahan penting dalam sistem pelaksanaan haji tahun ini, salah satunya terkait kartu Nusuk, kebijakan otoritas Arab Saudi untuk menertibkan jamaah.
“Aturan baru soal kartu Nusuk sangat bermanfaat. Tanpa kartu itu tidak bisa masuk Masjidil Haram. Jadinya jamaah yang legal lebih nyaman beribadah, tidak padat seperti dulu,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa sistem tersebut membantu mempercepat proses ibadah seperti tawaf yang sebelumnya bisa memakan waktu lebih dari satu jam, kini bisa selesai dalam waktu sekitar setengah jam.
“Kalau dulu karena banyak jamaah ilegal, Masjidil Haram penuh sesak. Sekarang lebih tertib dan teratur,” imbuhnya.
Doa dr Syahrul untuk Masyarakat Blitar Raya
Dokter Syahrul Alim berharap warga Blitar Raya yang belum menunaikan ibadah haji segera terwujud cita-citanya. Ia mendoakan agar keinginan mereka segera terkabul dan bisa berangkat ke Tanah Suci melaksanakan rukun Islam kelima.
“Kami harapkan khususnya warga Blitar Raya umat Muslim yang belum ke sana semoga segera tercapai hajatnya. Bagi yang sudah dan ingin kembali, semoga diberi kemudahan lagi,” tutur dokter ramah tersebut.