Dulu VGA, Kini RAM: Mengapa AI Membuat Komponen PC Semakin Mahal?

Dulu VGA, Kini RAM: Mengapa AI Membuat Komponen PC Semakin Mahal?
Ilustrasi orang kaget melihat harga Ram naik di toko komponen PC.

Daily Dose Indonesia – Kenaikan harga RAM sejak 2025 hingga memasuki 2026 membuat dunia teknologi kembali heboh. Banyak orang bertanya-tanya mengapa komponen yang selama ini relatif stabil tiba-tiba meroket harganya. Suara publik pun dipenuhi komentar seperti, “Dengar-dengar harga RAM sama SSD mahal karena AI?,” dan “Apakah impian kalian membeli PC gaming akan sirna? Jawabannya sepertinya iya.”

Fenomena ini tidak terjadi dalam ruang hampa. Kita pernah melihat tren serupa beberapa tahun lalu—bedanya waktu itu bukan RAM yang naik, tetapi VGA (GPU), dan penyebabnya bukan AI, melainkan crypto.

Bacaan Lainnya

Kini pola yang sama kembali terjadi, tetapi dengan “aktor utama” yang berbeda. Artikel ini akan menjelaskan mengapa crypto menaikkan harga VGA, dan AI menaikkan harga RAM, serta mengapa kedua tren tersebut punya dampak besar ke pasar hardware.


Saat Crypto Booming: VGA Jadi Buruan Seluruh Dunia

Pada masa kejayaan crypto mining, ribuan penambang di seluruh dunia memborong GPU seperti tidak ada besok. Dalam transkrip sumber, fenomena itu digambarkan dengan jelas bahwa yang harganya naik mahal dan nggak jelas itu adalah GPU VGA, yang itu semua terjadi gara-gara crypto.

Mengapa crypto butuh GPU?

Karena proses mining pada blockchain membutuhkan kemampuan komputasi paralel untuk memecahkan soal matematika yang kompleks. GPU-lah yang memiliki struktur paling sesuai untuk tugas ini.

Crypto mining membutuhkan:
✔ kemampuan menghitung cepat,
✔ banyak inti pemroses (CUDA cores/stream processors),
✔ efisiensi dalam menjalankan algoritma hash.

Akibatnya:

  • Stok GPU habis diserbu miner.

  • Harga VGA naik hingga 2–4 kali lipat.

  • Konsumen biasa seperti gamer tidak kebagian barang.

Industri hardware pun terguncang karena permintaan GPU tiba-tiba melonjak ekstrem tanpa pertumbuhan supply yang sebanding.


Ketika AI Meledak: RAM Menjadi Komponen yang Paling Dicari

Memasuki era AI generatif (ChatGPT, Gemini, Claude, dll.), fokus kebutuhan hardware dunia bergeser drastis. Dalam sumber, narasi penyebab kenaikan harga RAM dirangkum dengan sangat lugas: “Harga RAM naik itu karena AI, faktor utamanya sudah pasti jelas gara-gara AI.”

Pertanyaannya: kenapa AI tidak memicu kenaikan GPU seperti crypto?

Jawabannya ada pada jenis pekerjaan yang dilakukan.

Crypto mining → pekerjaan menghitung

→ GPU menjadi raja.

AI training & inference → pekerjaan mengolah dan memanggil data dalam jumlah masif

→ RAM dan HBM (High Bandwidth Memory) menjadi raja.


AI Butuh RAM: Analogi Meja dan Loker

Penjelasan paling mudah dipahami adalah analogi sebagai berikut:

  • SSD/HDD = loker — kapasitas besar, tapi akses lambat.

  • RAM = meja kerja — kapasitas minim, tapi akses super cepat.

AI bekerja dengan ratusan juta hingga miliaran parameter, dan semuanya harus bisa diakses dalam hitungan mikrodetik. Itulah sebabnya:

AI lebih tergantung pada RAM dibanding crypto

Semakin banyak “meja besar” (RAM/HBM) yang dimiliki sebuah data center, semakin cepat AI memproses data. Karena itu perusahaan teknologi dunia berlomba membeli RAM dalam jumlah brutal untuk server AI mereka.

Dampaknya?

  • Stok RAM untuk konsumen menipis.

  • Harga RAM DDR4, DDR5, hingga HBM melonjak global.

  • SSD pun ikut terkena imbas karena digunakan menyimpan dataset AI.


Kenapa Harga Meroket? Jawabannya: Supply vs Demand

Fenomena crypto dan AI sama-sama tunduk pada hukum ekonomi dasar:

“Kalau supply sedikit dan demand banyak, harga meletus ke atas.”

Ringkasnya:

Era Crypto

  • Demand GPU naik drastis.

  • Supply GPU stagnan.
    Harga VGA meledak.

Era AI

  • Demand RAM dan HBM naik drastis.

  • Supply memori stagnan bahkan menurun (karena produsen pindah memproduksi HBM).
    Harga RAM meledak.


Bedanya Dampak Crypto dan AI ke Pasar Komponen

Crypto (2018–2022)

  • Kenaikan harga terutama pada GPU.

  • Hardware lain relatif aman.

  • Ketika crypto crash, harga VGA kembali turun.

AI (2024–sekarang)

  • Kenaikan harga merembet ke RAM, HBM, DDR5, SSD.

  • Dampaknya lebih luas karena setiap perusahaan (bukan hanya hobi) terjun ke AI.

  • Permintaan tidak hanya dari konsumen, tetapi dari korporasi global:

    • Google

    • Meta

    • Microsoft

    • Nvidia

    • Startup AI

    • Data center cloud

  • Tren ini tidak akan mereda, kecuali bubble AI pecah.

AI bukan hype sesaat—semua sektor industri kini mengadopsinya. Itu sebabnya permintaan RAM tidak menunjukkan tanda-tanda turun.


Akankah Harga RAM Turun di Tahun 2026?

Berdasarkan opini analis yang dirangkum:

  • Selama AI masih booming, harga RAM cenderung naik.

  • Produsen memori memprioritaskan produksi HBM (memori premium untuk GPU AI).

  • Produksi RAM generasi lama mulai dihentikan.

Artinya:

Harga RAM kemungkinan besar akan lebih mahal dalam 12–18 bulan ke depan.


Kesimpulan: Dari Crypto ke AI, Dunia Selalu Mencari “Emas Baru”

Fenomena naiknya harga VGA dan RAM menunjukkan satu pola besar:

  • Saat crypto booming → GPU jadi “emas digital”.

  • Saat AI booming → RAM jadi “emas baru”.

Keduanya terjadi karena teknologi masa depan memakan komponen komputer dalam jumlah besar dan sangat cepat. Sementara supply hardware tidak pernah bisa beradaptasi secepat ledakan tren digital.

Dalam dunia di mana AI terus berkembang dan permintaan memori tak menunjukkan tanda berhenti, konsumen perlu realistis:
PC dan laptop kemungkinan akan semakin mahal, bukan semakin murah.

Bagi mereka yang sudah menabung lama untuk build PC, fenomena ini menjadi pukulan yang berat. Namun memahami penyebabnya membuat kita tahu bahwa masalah ini bukan sekadar “toko nakal menaikkan harga”, melainkan efek domino global dari revolusi AI.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *