Daily Dose Indonesia – Pada tahun 2025, publik digegerkan oleh kasus keracunan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang terjadi di berbagai daerah. Sebuah daerah yang turut menjadi sorotan adalah Kabupaten Cilacap. Di tengah kekhawatiran terhadap keamanan pangan sekolah, muncul inovasi menarik dari siswa setempat: alat pendeteksi keracunan makanan berbasis teknologi. Alat ini diharapkan bisa menjadi salah satu solusi untuk mencegah tragedi semakin meluas.
Kasus keracunan semakin bertambah bersamaan dengan langkah pemerintah dalam menggencarkan program MBG di seluruh daerah. Hingga kini terhitung sekitar 5000 lebih siswa menjadi korban keracunan dari makanan yang rata-rata tidak disiapkan dengan baik bahan baku dan cara memasaknya. Kehebohan ini membuka ruang pertanyaan: bagaimana mekanisme pengawasan pangan sebelum masuk ke sekolah bisa gagal sedemikian rupa? Dan, benarkah inovasi sederhana di tingkat sekolah bisa menjadi bagian dari solusi nasional yang efektif?
Inovasi “Ompreng Deteksi Keracunan” dari Cilacap
Di tengah atmosfer kekhawatiran itu, SMA Negeri 2 Cilacap mencuri perhatian lewat salah satu tim finalis ajang kompetisi pelajar. Dua siswinya Alya Meisya Nazwa dan Felda Triana Wati merancang prototipe alat bernama Ompreng Deteksi Keracunan MBG. Alat ini memanfaatkan sensor sederhana yang mampu membaca parameter seperti suhu, pH, atau parameter lainnya yang berpotensi menandakan bahwa makanan sudah basi atau tidak layak konsumsi.
Menggunakan teknologi IoT, Alya dan Felda menunjukkan keunggulan alat ini adalah sifatnya yang preventif dan real time. Yaitu sebelum disajikan kepada anak-anak, petugas dapur bisa menguji terlebih dahulu dan mendeteksi apabila makanan tidak aman. Jika alarm berbunyi, maka hidangan tersebut tidak perlu diserahkan kepada siswa — tindakan pencegahan sebelum terjadi keracunan massal.
Meskipun alat ini masih dalam tahap prototipe, respons dari dewan juri kompetisi sangat positif. Mereka melihat bahwa inovasi ini tidak sekadar gagasan akademis, melainkan relevan dengan tantangan aktual pelaksanaan MBG yang sering terjadi di lapangan.
Pentingnya Alat Deteksi Seiring Peningkatan Cakupan MBG
Dengan alokasi anggaran MBG yang terus membesar, cakupan penerima manfaat semakin luas. Tapi perlu diingat: semakin banyak titik distribusi dan dapur yang harus dijaga, risiko penyimpangan atau kelalaian pun semakin besar. Alat deteksi seperti Ompreng bisa menjadi lapisan pengamanan tambahan yang mencegah makanan rusak atau berbahaya lolos ke meja siswa.
Di banyak kasus keracunan, faktor penyebab bukan hanya satu, melainkan kombinasi: kualitas bahan baku buruk, sanitasi dapur lemah, penyimpanan suhu tidak tepat, dan kontrol mutu yang minim. Dengan sensor deteksi, beberapa variabel itu bisa dipantau secara sederhana dan otomatis, memperkuat sistem pengawasan manusia yang rentan kelalaian.
Apa yang Harus Dilakukan Pemerintah
Agar inovasi ini tak hanya berhenti sebagai prototipe sekolah, pemerintah punya tugas besar:
-
Uji coba di skala sekolah
Mulai pilot project di beberapa sekolah wilayah rawan keracunan. Biayai pengadaan alat dan evaluasi efektivitasnya selama satu tahun. -
Standarisasi protokol pengujian makanan
Kementerian terkait harus menetapkan standar minimal parameter yang harus diuji (suhu, pH, kelembapan, bakteri) agar alat deteksi punya tolok ukur yang jelas. -
Subsidi atau insentif untuk sekolah miskin
Tidak semua sekolah mampu membeli sensor mahal. Pemerintah bisa subsidi atau berikan skema pembiayaan yang meringankan agar detektor bisa merata. -
Pelatihan teknis petugas sekolah / dapur MBG
Tidak cukup alat. Petugas harus dilatih cara penggunaan sensor, interpretasi hasil, dan prosedur tindakan saat alarm menyala. -
Integrasi sistem digital monitoring
Alat ini idealnya terhubung ke platform pusat — laporan hasil deteksi, log waktu pengujian, dan catatan tindakan bisa diakses oleh pengawas daerah atau BGN secara real time. -
Sanksi dan insentif atas hasil
Sekolah atau dapur yang konsisten bebas insiden bisa mendapat penghargaan atau tambahan anggaran. Sebaliknya, dapur yang sering gagal pengujian harus dievaluasi atau dihentikan operasinya hingga patuh standar.
Kasus keracunan MBG, termasuk insiden yang dialami siswa di berbagai daerah, menjadi panggilan keras agar keamanan pangan tidak dianggap remeh dalam implementasi program besar. Inovasi pelajar Cilacap lewat Ompreng Deteksi Keracunan menunjukkan bahwa ide kreatif dari akar rumput bisa menjadi bagian solusi.
Namun agar tidak hanya gagasan di atas kertas, pemerintah perlu memperkuat regulasi, menyediakan dukungan teknis dan finansial, serta menyusun protokol yang jelas agar alat deteksi ini menjadi bagian terintegrasi dalam sistem pengamanan MBG nasional. Dengan demikian, MBG kembali menjadi program yang aman, efektif, dan membawa manfaat nyata tanpa risiko menyertai.