Daily Dose Indonesia – Proyek pembangunan Bandara Internasional Bali Utara yang berlokasi di Kubutambahan, Buleleng, semakin nyata dan progresif. PT Bandara Internasional Bali Utara (BIBU) Panji Sakti menyatakan bahwa landasan pacu pertama (runway) ditargetkan sudah bisa beroperasi pada 2028. Proyek ini telah masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029 melalui Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2025 yang dikeluarkan oleh Presiden Prabowo Subianto, menandakan pentingnya pembangunan bandara ini sebagai bagian strategi nasional.
Bandara yang dirancang memiliki tiga landasan pacu dan terminal pesawat serta dilengkapi dengan aerocity dan aerotropolis (kota baru yang berkembang di sekitar bandara). Dengan investasi besar sekitar Rp 50 triliun, berasal dari beberapa investor internasional seperti China, Qatar, dan Jepang, proyek ini merupakan salah satu investasi infrastruktur terbesar di Bali Utara.
Menurut Direktur Utama PT BIBU Panji Sakti, Erwanto Sad Adiatmoko, pembangunan akan dimulai secepatnya dengan proses peletakan batu pertama (groundbreaking) yang direncanakan pada tahun 2025 sehingga target operasional 2028 dapat tercapai. Proyek ini juga akan bersinergi dengan pembangunan infrastruktur lain seperti jalan tol yang menghubungkan kawasan Buleleng dengan daerah pariwisata di Bali bagian tengah dan selatan.
“Targetnya 2028 satu runway sudah bisa kami operasikan,” kata Erwanto di Kubutambahan, Buleleng, dikutip dari detik Selasa (8/7/2025).
Erwanto mengatakan, bandara ini nantinya mempunyai 3 runaway pesawat dan sebuah terminal. Bandara nantinya juga akan disediakan jalan tol untuk memperlancar transportasi. Dalam pembangunannya, ia menyebut ada tiga investor asing yang sudah bergabung yaitu dari china sebesar 3 miliar USD, Qatar 1,5 miliar USD, dan Jepang 1 miliar USD.
“Ada dua investor lagi yang mau masuk ke tolnya,” ujar Erwanto.
Merangkum dari Tempo, rencana pembangunan Bandara Bali Utara sejatinya telah diinisiasi sejak 2015 oleh Gubernur Bali periode 2013–2018, I Made Mangku Pastika. Bandara yang diproyeksikan mampu menampung hingga 50 juta penumpang per tahun ini diharapkan menjadi solusi untuk mengurangi ketimpangan pembangunan antara Bali Selatan dan Bali Utara. Selama ini, wilayah selatan seperti Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan berkembang pesat karena menjadi pusat pariwisata, sementara kawasan utara, khususnya Buleleng, masih tertinggal akibat akses yang sulit. Dari total 16,3 juta wisatawan ke Bali tahun lalu, hanya sekitar 600 ribu yang mengunjungi Buleleng, padahal kabupaten ini dihuni oleh lebih dari 826 ribu penduduk dengan tingkat kemiskinan tertinggi di provinsi tersebut.
Selain mengurangi kesenjangan pembangunan, Bandara Bali Utara juga diproyeksikan mengatasi kepadatan di Bandara Internasional Ngurah Rai. Saat ini, Ngurah Rai yang berkapasitas 24 juta penumpang per tahun sudah mencatat 23,6 juta penumpang pada 2024. Dengan luas area hanya 269 hektare, bandara tersebut tidak mungkin lagi diperluas. Kondisi ini membuat beban operasional meningkat, terutama saat musim liburan ketika jumlah penerbangan bisa mencapai 400 per hari. Menurut Kepala Dinas Pariwisata Bali, Tjok Bagus Pemayun, satu-satunya solusi jangka panjang adalah membangun bandara baru di Bali Utara.
Pemerintah akhirnya memasukkan proyek Bandara Bali Utara ke dalam RPJMN 2025–2029. Bandara ini direncanakan berdiri di atas pulau buatan seluas 900 hektare di Kubutambahan, Buleleng. Proyek ambisius ini juga akan melahirkan kota metropolitan baru yang dilengkapi hotel bintang lima, pusat konvensi, kawasan industri kreatif “Baliwood,” hingga infrastruktur pendukung seperti jalan tol sepanjang 60 kilometer yang menghubungkan Kubutambahan–Mengwi serta jalur kereta menuju Ngurah Rai. Dengan rencana tersebut, Bali Utara diproyeksikan bangkit sebagai pusat pertumbuhan baru yang dapat menyeimbangkan pembangunan pulau secara keseluruhan.
Manfaat Bandara Internasional Bali Utara bagi Masyarakat dan Pariwisata
Kehadiran Bandara Internasional Bali Utara di Kubutambahan akan membawa banyak manfaat bagi masyarakat lokal serta pengembangan sektor pariwisata di Bali, khususnya di wilayah utara yang selama ini kurang terakses dan kurang dipromosikan. Berikut beberapa dampak positif jika Bandara Bali Utara beroperasi:
-
Kemudahan Akses dan Pemerataan Pariwisata: Bandara baru akan memudahkan wisatawan, khususnya yang ingin menikmati destinasi wisata anti-mainstream di Bali Utara seperti air terjun Gitgit, Aling-Aling Waterfall, pantai Lovina, Wanagiri Hidden Hill Bali, Bali Handara Gate, Bali Farm House, serta desa budaya di sekitarnya. Wisatawan tidak perlu lagi melewati perjalanan darat panjang dari Bandara Ngurah Rai di Bali Selatan sehingga mempercepat waktu tempuh dan meningkatkan kunjungan ke wilayah ini.
-
Dorongan Ekonomi Lokal: Dengan peningkatan arus wisatawan, peluang bisnis pariwisata dan ekonomi kreatif lokal akan meningkat. Masyarakat sekitar bisa lebih mudah mengembangkan usaha kuliner, penginapan, dan kerajinan tangan.
-
Meratakan Pembangunan: Selama ini pembangunan pariwisata di Bali sangat terpusat di selatan, sedangkan Bali Utara relatif tertinggal. Bandara ini diharapkan mampu membuka peluang investasi dan pengembangan infrastruktur di utara sehingga membantu mengurangi ketimpangan pembangunan.
-
Mendorong Wisata Berkelanjutan: Keberadaan bandara dan infrastruktur pendukung yang dirancang ramah lingkungan akan mendukung pengembangan pariwisata berkelanjutan berbasis alam dan budaya lokal yang selama ini menjadi daya tarik utama Bali Utara.
Dengan demikian, Bandara Internasional Bali Utara diprediksi akan menjadi katalis signifikan untuk pengembangan pariwisata dan ekonomi di wilayah Bali bagian utara sekaligus membuka peluang wisata alternatif yang kaya pengalaman bagi para pengunjung.