Harga Elektronik AS Sulit Turun Signifikan, Meski Ada Kesepakatan Tarif Prabowo–Trump

Harga Elektronik AS Sulit Turun Signifikan, Meski Ada Kesepakatan Tarif Prabowo–Trump
Ilustrasi produk perusahaan AS yang jadi andalan masyarakat Indonesia.

Daily Dose Indonesia —Kesepakatan Presiden Indonesia Prabowo Subianto dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tentang penghapusan tarif masuk produk AS ke Indonesia tidak terlalu berdampak pada penurunan elektronik. Harga produk andalan AS seperti Apple Iphone, GPU Nvidia dan Radeon, serta prosesor Intel dan AMD dipastikan kecil kemungkinannya turun harga karena sejumlah faktor.

Dalam kunjungan resmi ke Washington DC pada pertengahan Juli 2025, kedua kepala negara menyepakati penghapusan tarif bea masuk untuk sejumlah barang strategis, termasuk produk teknologi asal Amerika Serikat. Dalam pernyataan bersama yang dirilis White House, kesepakatan itu mencakup langkah konkret untuk mendorong perdagangan bebas di sektor teknologi, pertahanan, dan energi.

Bacaan Lainnya

Harga di Pasaran Masih Terkendala Banyak Faktor

Namun demikian, menurut analisis Bloomberg, kebijakan tarif 0% belum tentu membuat harga barang elektronik langsung turun. Hal ini dikarenakan rantai pasok produk-produk seperti iPhone, GPU Nvidia dan AMD Radeon, hingga prosesor Intel dan AMD seringkali tidak berasal langsung dari Amerika, melainkan melalui negara ketiga seperti Singapura atau Hong Kong yang tetap membebankan bea dan pajak tersendiri.

Bloomberg mencatat bahwa “sebagian besar konsumen Indonesia membeli produk teknologi AS dari distributor regional, bukan langsung dari AS, sehingga penghapusan tarif bilateral memiliki dampak terbatas terhadap harga ritel.”

Produk AS yang Populer di Indonesia

Beberapa produk asal Amerika Serikat yang paling banyak digunakan masyarakat Indonesia antara lain:

  • iPhone: Produk Apple masih menjadi ponsel premium favorit, dengan varian terbaru seperti iPhone 15 dan iPhone SE 2025 dipasarkan oleh distributor seperti iBox dan Digimap.
  • GPU Nvidia dan AMD Radeon: Digunakan oleh para gamer dan kreator konten, ketersediaan dan harganya kerap dipengaruhi oleh dinamika global.
  • Prosesor Intel dan AMD: Menjadi komponen utama dalam komputer desktop dan laptop, serta banyak dipakai oleh pelajar, profesional, hingga pelaku UMKM digital.

Meski produk-produk ini tercakup dalam skema tarif 0% dari kesepakatan bilateral, struktur harga di Indonesia tetap dipengaruhi oleh biaya distribusi, fluktuasi nilai tukar rupiah, serta kebijakan lokal terkait pajak pertambahan nilai (PPN) dan bea lainnya.

Harga Tak Berubah Jika Produk AS Tapi Pabriknya dari Asia

Kesepakatan perdagangan antara Prabowo dan Trump memang menandai penguatan hubungan bilateral, khususnya dalam sektor teknologi. Namun, seperti disorot Bloomberg, dampaknya terhadap harga ritel elektronik masih kecil dalam jangka pendek.

Produk-produk elektronik asal Amerika seperti iPhone (Apple), kartu grafis Nvidia GeForce dan AMD Radeon, serta prosesor dari Intel dan AMD telah lama menjadi primadona di pasar Indonesia. Namun, meskipun tarif bea masuk dari AS menjadi 0 persen, sejumlah analis menyebut bahwa harga produk-produk tersebut tetap sulit turun secara nyata.

Salah satu alasannya adalah karena banyak dari produk tersebut, walaupun bermerek AS, tidak sepenuhnya dibuat di Amerika Serikat. Misalnya, chip grafis Nvidia dan Radeon serta prosesor Intel dan AMD sebagian besar diproduksi oleh TSMC di Taiwan, lalu dirakit di pabrik-pabrik manufaktur di China, Malaysia, atau Vietnam.

Dengan demikian, ketika GPU Nvidia atau AMD Radeon masuk ke Indonesia, negara asal pengiriman sering kali bukan Amerika Serikat, melainkan negara manufaktur Asia Timur atau Tenggara tersebut. Oleh karena itu, produk tersebut masih dikenai tarif umum atau tarif MFN (Most Favoured Nation) sesuai negara pembuat atau perakit, bukan tarif 0 persen seperti produk yang benar-benar diekspor dari AS.

Tantangan Implementasi Importir dapatkan Harga Produk AS Murah

Dalam laporan Reuters, pemerintah Indonesia disebut akan menindaklanjuti perjanjian tersebut dengan penyusunan regulasi teknis untuk mengatur harmonisasi kode HS dan implementasi bea masuk nol persen di pelabuhan. Namun proses ini diperkirakan memakan waktu, serta memerlukan koordinasi antarinstansi seperti Bea Cukai, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Keuangan.

Di sisi lain, para pelaku usaha masih menunggu kejelasan aturan agar dapat mengimpor langsung dari AS tanpa melewati distributor regional. Tanpa jalur impor langsung yang efisien, harga produk kemungkinan tetap tinggi karena margin dan biaya tambahan dari pihak ketiga.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *