Daily Dose Indonesia – Di dunia investasi, ada satu nasihat klasik yang tak pernah lekang oleh waktu: “Investasi terbaik adalah investasi yang kamu mengerti.” Kedengarannya sederhana, tapi dalam praktiknya, banyak investor — terutama generasi sekarang — justru melanggar prinsip ini.
Kita sering mendengar cerita seperti ini: seorang teman baru saja cuan besar dari aset kripto, lalu dalam semalam langsung ikut masuk pasar tanpa riset. Atau ketika tren saham teknologi sedang naik gila-gilaan, semua orang berlomba membeli, tanpa benar-benar memahami bisnis di baliknya. Fenomena ini sudah lama ada, hanya wujudnya yang berganti mengikuti zaman.
Circle of Competence: Prinsip Penting dari Warren Buffett
Warren Buffett, investor legendaris dunia, memperkenalkan konsep circle of competence — lingkaran kompetensi. Intinya, seorang investor sebaiknya hanya menaruh uang pada bisnis atau industri yang ia pahami secara mendalam. Paham di sini bukan sekadar tahu nama perusahaannya atau produk yang dijual, melainkan mengerti cara bisnis tersebut menghasilkan uang, prospek industrinya, risiko yang dihadapi, hingga model bisnisnya.
Buffett sendiri pernah menghindari euforia saham teknologi di akhir 1990-an. Saat itu, startup berbasis internet bermunculan dengan valuasi selangit. Banyak orang kaya mendadak. Tapi Buffett tidak tergoda, karena ia mengaku tidak mengerti secara mendalam bagaimana perusahaan-perusahaan itu akan bertahan dalam jangka panjang. Keputusannya terbukti tepat ketika gelembung dot-com pecah, membuat banyak investor kehilangan sebagian besar modalnya.
Dalam kenyataannya, Buffett berinvestasi di Coca-Cola karena memahami model bisnisnya, kekuatan mereknya, dan loyalitas pelanggannya. Sedang Ia menghindari saham teknologi di masa awal karena merasa tidak cukup memahami sektor tersebut—keputusan yang menyelamatkannya dari kerugian saat dot-com bubble pecah.
“Kamu tidak perlu menjadi ahli dalam setiap perusahaan. Kamu hanya perlu mampu mengevaluasi perusahaan-perusahaan yang berada dalam lingkaran kompetensimu. Ukuran lingkaran itu tidak terlalu penting; yang jauh lebih penting adalah mengetahui batas-batasnya,” kata Buffett dalam Bahasa Inggris yang diterjemahkan.
Bukan Melarang Risiko, Tapi Memahami Risiko
Mengerti sebuah industri bukan berarti menghindari risiko sepenuhnya. Semua investasi memiliki risiko. Bedanya, jika kita paham industri tersebut, kita bisa menghitung peluang dan potensi kerugiannya lebih realistis.
Contohnya, jika tertarik masuk ke industri kripto, jangan sekadar ikut tren. Pelajari dulu bagaimana teknologi blockchain bekerja, siapa pengembangnya, bagaimana ekosistemnya berkembang, hingga regulasi yang mengaturnya. Dengan pemahaman itu, keputusan investasi akan lebih rasional, bukan hanya karena fear of missing out (FOMO).
Langkah Memperluas Circle of Competence
- Riset Mendalam – Baca laporan keuangan, studi industri, atau analisis tren.
- Belajar dari Pelaku Industri – Dengarkan wawancara, podcast, atau seminar dari praktisi.
- Mulai dari Kecil – Uji pemahaman dengan modal terbatas sebelum menambah investasi.
- Evaluasi Berkala – Pastikan pengetahuan dan asumsi yang digunakan tetap relevan.
Pada akhirnya, kunci sukses investasi bukan sekadar keberanian mengambil risiko, melainkan kemampuan memahami medan sebelum terjun. Seperti kata Buffett, “Risiko datang dari tidak mengetahui apa yang sedang kamu lakukan.” Jadi, sebelum ikut-ikutan investasi karena tren, pastikan kamu benar-benar paham permainan yang akan kamu masuki.