Daily Dose Indonesia – Bulan Agustus 2025 menjadi unik sekaligus panas di Indonesia. Di tengah suasana peringatan kemerdekaan, sejumlah kelompok masyarakat justru mengibarkan bendera Jolly Roger — lambang bajak laut dalam anime One Piece — di berbagai titik, mulai dari kampus, demonstrasi, hingga acara komunitas. Aksi ini bukan sekadar gaya atau ikut tren pop culture, melainkan simbol protes terhadap ketimpangan sosial, praktik oligarki, dan kesenjangan antara rakyat kecil dan elite kekuasaan. Rupanya cerita One Piece ini mempunyai persamaan situasi.
Fenomena ini memicu perdebatan sengit. Sejumlah anggota DPR dan MPR mengecam tindakan tersebut, menilai simbol bajak laut tidak pantas berkibar berdampingan dengan Merah Putih. Mereka menyebutnya bentuk pelecehan terhadap nilai nasionalisme. Namun, nada pemerintah pusat justru terdengar berbeda. Melalui Menteri Sekretaris Negara, pihak Istana menegaskan tidak ada pelarangan mutlak, apalagi jika pengibaran bendera sebagai bentuk ekspresi atau kritik damai. Penindakan hanya dilakukan jika aksi itu disertai perbuatan melawan hukum.
Sekilas Tentang One Piece dan Makna Jolly Roger
One Piece adalah anime dan manga karya Eiichiro Oda yang mengisahkan petualangan Monkey D. Luffy bersama kru bajak lautnya, Straw Hat Pirates. Mereka berlayar mencari harta legendaris bernama One Piece sambil melawan ketidakadilan dan penguasa korup.
Jolly Roger, lambang tengkorak dengan topi jerami di kapal Luffy, bukan sekadar simbol bajak laut. Dalam cerita, bendera ini melambangkan kebebasan, perlawanan terhadap tirani, dan keberanian melawan sistem yang tidak adil. Makna inilah sebagian masyarakat Indonesia merefleksikan cerita itu ke dunia nyata.
Lima Kesamaan Dunia One Piece dan Kondisi Indonesia
Fenomena Jolly Roger di jalanan Indonesia bukan muncul tanpa alasan. Banyak yang melihat kemiripan dunia fiksi One Piece dengan realitas sosial-politik tanah air.
- World Government vs Oligarki Kekuasaan
Dalam One Piece, World Government adalah kelompok elite yang mengatur tatanan dunia. Mereka korup, arogan, dan memanipulasi hukum demi kepentingan sendiri. Di Indonesia, sebagian masyarakat menilai oligarki kekuasaan bekerja dengan pola serupa: mengutamakan kepentingan segelintir orang, jauh dari kepentingan rakyat banyak. - Void Century vs Sejarah yang Dihilangkan
Dunia One Piece menyembunyikan 100 tahun sejarah yang dihapus (Void Century), hanya dapat dibaca lewat Poneglyph. Indonesia pun memiliki sejarah yang dipelintir atau dihapus dari narasi resmi, mulai dari tragedi politik, peran pejuang daerah, hingga peristiwa kelam yang jarang dibahas. - Naga Langit vs Oknum Kebal Hukum
Para Celestial Dragons atau Naga Langit di One Piece hidup mewah, kebal hukum, dan dilindungi mutlak. Banyak warga melihat kesamaan ini dengan oknum pejabat atau keluarga elite yang lolos dari jerat hukum dalam kasus korupsi atau pelanggaran berat lainnya. - Bajak Laut yang Membela Rakyat
Meski dicap kriminal, banyak bajak laut di One Piece justru membela rakyat tertindas, seperti Luffy, Law, dan Shanks. Dalam konteks Indonesia, rakyat kerap melihat “pembangkang” atau aktivis sebagai pihak yang benar-benar berani melawan ketidakadilan. - Kontrol Informasi dan Media
Di dunia One Piece, media World Economic News kerap memelintir fakta demi citra penguasa. Di Indonesia, publik menilai narasi media kadang berpihak pada kepentingan politik atau bisnis besar.
Jolly Roger sebagai Simbol Perlawanan di Indonesia
Di One Piece, bendera bajak laut adalah lambang kebebasan. Di Indonesia saat ini, Jolly Roger yang berkibar di aksi-aksi protes menjadi simbol rakyat yang muak terhadap sistem yang dianggap timpang. Aksi ini memancing gelombang simpati sekaligus kecaman.
Sebagian publik menganggapnya “keren” dan kreatif, karena menggabungkan pop culture dengan gerakan sosial. Namun kelompok lain melihatnya sebagai ancaman terhadap simbol negara. Polemik ini membuat peringatan kemerdekaan tahun ini memiliki nuansa berbeda: bukan sekadar upacara dan lomba, tapi juga perdebatan soal simbol perlawanan.
Ketika Fiksi Menyentuh Realitas
Fenomena ini membuktikan bahwa karya fiksi seperti One Piece mampu menjadi cermin sosial. Dunia Luffy dan kawan-kawan mungkin fiktif, tetapi isu yang mereka lawan—korupsi, oligarki, ketimpangan sosial—nyata adanya.
Selama ketidakadilan terus berlangsung, simbol seperti Jolly Roger akan selalu menemukan pengibarnya. Entah di laut lepas, atau di jalanan Indonesia.