Daily Dose Indonesia – Harga Bitcoin (BTC) kembali memecahkan rekor dengan menembus level tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) di atas US$125.000 atau sekitar Rp2,06 miliar per koin pada akhir pekan lalu. Pencapaian ini menghidupkan kembali optimisme investor kripto, mengingat sejumlah analis memprediksi BTC bisa mencapai US$1 juta (sekitar Rp16,5 miliar) pada 2030.
Lonjakan harga terbaru ini dinilai telah melampaui zona resistensi sebelumnya. Para analis menilai faktor utama pendorong kenaikan Bitcoin adalah permintaan institusional yang terus menguat serta melemahnya dinamika dolar Amerika Serikat (AS). Menurut laporan Coincentral pada Rabu (8/10/2025), pencapaian di atas US$124.000 mengingatkan pada pola kenaikan serupa di siklus sebelumnya, ketika BTC berlipat ganda setelah melewati ATH.
Proyeksi Harga dan Peluang Keuntungan
Optimisme terhadap prospek jangka panjang Bitcoin turut dipicu oleh perkiraan ARK Invest, perusahaan manajemen investasi asal AS, yang memprediksi BTC dapat menyentuh harga US$1,5 juta atau sekitar Rp24,8 miliar dengan skenario dasar US$710.000 pada 2030. Meski terdapat proyeksi konservatif di kisaran US$250.000, target US$1 juta tetap menjadi sorotan investor.
Sejumlah analis melihat potensi keuntungan Bitcoin masih terbuka bagi investor jangka panjang, terutama bagi mereka yang menahan aset hingga beberapa tahun ke depan. Namun, mereka juga mengingatkan bahwa volatilitas tetap tinggi sehingga pembelian harus dilakukan secara terencana, bukan hanya mengikuti euforia pasar.
Waktu yang Tepat untuk Membeli Bitcoin
Momentum kenaikan Bitcoin memunculkan pertanyaan klasik: apakah saat ini masih menguntungkan untuk membeli? Menurut para analis teknikal, investor yang belum memiliki posisi di BTC sebaiknya menunggu koreksi harga jangka pendek setelah reli besar-besaran. Koreksi ini kerap terjadi setelah harga menembus ATH karena sebagian pelaku pasar akan mengambil untung (profit taking).
Strategi yang disarankan adalah menerapkan dollar-cost averaging (DCA) atau pembelian bertahap dengan nominal tetap secara periodik. Cara ini membantu mengurangi risiko membeli di puncak harga dan memanfaatkan penurunan harga di momen koreksi.
Analis juga mengingatkan agar alokasi dana untuk aset kripto tidak melebihi porsi yang mampu ditanggung oleh investor. Langkah ini penting karena pasar kripto memiliki risiko tinggi dan fluktuatif.
RTX Ingin Menyusul Momentum Bitcoin
Kenaikan harga Bitcoin juga memberi angin segar bagi aset kripto lain, termasuk Remittix (RTX), altcoin yang mengklaim memiliki utilitas nyata dengan fokus pada sistem pembayaran. RTX memanfaatkan sentimen positif pasar dengan mencatatkan diri di dua bursa terpusat, Bitmart dan LBank, masing-masing mengumpulkan US$20 juta (Rp331,1 miliar) dan US$22 juta (Rp364,5 miliar).
Hingga kini, RTX telah menjual lebih dari 675 juta token dengan harga sekitar US$0,1130 atau Rp1.872 per koin, dan mengantongi pendanaan senilai US$27,1 juta (Rp449 miliar). Dengan utilitas dan mekanisme insentif yang jelas, RTX berharap dapat meraih sebagian arus modal yang mengalir ke Bitcoin.
Analisis
Para pengamat menyimpulkan bahwa meski harga Bitcoin telah melonjak signifikan, peluang investasi jangka panjang masih terbuka. Namun, keputusan membeli sebaiknya mempertimbangkan waktu dan strategi. Investor ritel disarankan tidak terburu-buru masuk di harga puncak, tetapi memanfaatkan potensi koreksi untuk menambah posisi dengan metode bertahap.
Dalam konteks diversifikasi, altcoin seperti RTX bisa menjadi pilihan tambahan, tetapi tetap perlu diimbangi dengan riset mendalam terhadap utilitas, likuiditas, dan reputasi proyek. Dengan pendekatan disiplin dan pemahaman risiko, peluang dari pasar kripto dapat dimanfaatkan tanpa mengorbankan stabilitas portofolio.