DDI – Orang Barat mengenal istilah time is money. Artinya, cara seseorang menghabiskan waktu sangat berdampak pada keberhasilannya dalam mengumpulkan kekayaan. Orang kaya sangat sadar akan hal ini sehingga mereka tidak akan menghabiskan waktu pada kegiatan yang bisa membunuh produktivitas mereka. Berikut adalah 5 kegiatan yang dihindari orang kaya, entah ia adalah seorang perintis atau pewaris.
1. Menghabiskan Waktu di Media Sosial
Indonesia menjadi negara yang mengonsumsi konten media sosial terbanyak di dunia. Hal ini sangat miris mengingat Indonesia bukanlah negara maju dan kaya. Yang lebih parah, kebiasaan menghabiskan waktu di media sosial adalah pembunuh kekayaan berdarah dingin.
Meskipun orang kaya menghabiskan waktu bermedia sosial, mereka tidak menggulir layar telepon pintar mereka tanpa tujuan. Setiap konten media sosial yang mereka lihat telah melalui proses kurasi yang dapat meningkatkan pengetahuan mereka. Warren Buffett, misalnya, memiliki kebiasaan hanya membaca buku-buku yang dapat menambah pengetahuan tentang investasi dan meningkatkan kemampuan pengambilan keputusannya.
2. Skema Kaya Cepat Menjadi Kegiatan yang Dihindari Orang Kaya
Godaan untuk kaya dalam sekejap sangat menarik bagi banyak orang. Sebanyak 8,8 juta masyarakat Indonesia telah terjerat judol dengan akumulasi per Maret 2025 mencapai 4,7 trilium rupiah. Uniknya, sebagian besar korban judol adalah orang-orang dengan gaji di bawah 5 juta rupiah. Artinya, orang-orang dengan ekonomi menengah ke bawah lebih mudah terjerat skema cepat kaya daripada orang-orang kaya.
Orang-orang kaya tidak tertarik dengan judol dan skema yang memberikan iming-iming pengembalian investasi dalam waktu singkat. Mereka lebih tertarik dengan skema investasi yang terbukti berhasil dan terkalkulasi daripada yang mengandalkan faktor keberuntungan, seperti judol.
3. Overthinking Adalah Kegiatan yang Dihindari Orang Kaya
Kehidupan orang kaya terlihat sempurna, tetapi kesempurnaan bukanlah sesuatu yang mereka kejar. Kesempurnaan hanya akan membuat seseorang menunda melakukan kegiatan produktif. Orang kaya tidak melakukan sesuatu yang sempurna, tetapi menjalankan sesuatu sesuai kemampuannya dan memperbaiki kesalahan dan kekuarangan hingga menjadikannya sempurna.
Orang kaya tidak mengawali investasi dengan persiapan sempurna, tetapi tindakan yang terkalkulasi. Kesempurnaan adalah hasil. Untuk mencapai hasil, ada proses yang diwakili oleh tindakan. Menunggu sesuatu yang sempurna sering kali membuat orang tersebut tidak mendapatkan apa pun. Richard Branson mengatakan, “Jika ada yang menawarkan kesempatan bagus, tetapi tidak yakin bisa melakukannya: katakan saja ‘ya’, lalu belajarlah untuk mengerjakannya.”
4. Hubungan Toksik
Kita biasa melihat bahwa orang kaya memiliki teman-teman kaya. Hal ini wajar karena orang kaya sadar akan pertemanannya. Mereka cenderung membatasi pertemanan hanya dengan orang-orang yang produktif dan memiliki kedisiplinan finansial dan menghindari orang-orang yang terlalu konsumtif.
Orang-orang kaya tidak mendefinisikan pertemanan mereka sebagai komunikasi aktif yang cenderung melelahkan. Mereka justru memilih pertemanan yang dapat menambah nilai, seperti berteman dengan para mentor, teman dengan pemikiran sama, dan teman yang memilki kecerdasan finansial.
5. Playing Victim
Orang sukses memiliki kontrol penuh atas keputusannya. Studi dari Journal or Personality and Social Psycholoty membuktikan bahwa orang yang memiliki kontrol penuh atas diri cenderung memiliki penghasilan dan simpanan lebih besar. Saat menghadapi kegagalan, orang yang memiliki kontrol akan mencari peluang belajar, bukan menyalahkan takdir.***